-->

Pemikiran Herbert Spencer



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Pada dasarnya setiap guru sosiologi ataupun sosiolog-sosiolog harus mengetahui teori-teori yang ada pada sosiologi ataupun teori-teori ilmu sosial lainnya yang berhubungan dengan masyarakat. Hal itu guna menunjang kepentingan mereka, baik memberikan pengajaran kepada muridnya ataupun memberikan saran dan pandangan-pandangan terhadap masalah-masalah sosial budaya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu teori-teori tersebu sangatlah penting untuk dapat dipelajari dan dimengerti. Mereka harus bisa menguasai teori-teori yang ada agar tidak salah dalam memberikan informasi ataupun saran, ada banyak teori-teori sosiologi yang ada dan disini kelompok kami akan membahas teori-teori yang dikemukakan oleh Herbert Spencer, seorang berkebangsaan inggris ini memiliki kemampuan sangat baik dalam mekanika. Kemampuan itulah yang memengaruhi imajinasinya dalam ilmu pengetahuan, terutama tentang biologi, masyarakat, dan ilmu sosial.Ada beberapa teori yang dikemukakan olehnya, dan yang paling dikenal adalah teorievolusinya. Itulah sebabnya kami akan membahas pemikirannya tersebut agar dapat berguna untuk kita semua.

A.    Rumusan Masalah
1.      Siapa itu Herbert Spencer?
2.      Bagaimana pemikiran yang dikemukakan oleh Herbert Spencer?

B.     Tujuan Penulisan
1.      Agar kita dapat mengetahui siapa itu Herbert Spencer.
2.      Agar kita dapat mengetahui pikiran yang dikemukakan oleh Herbert Spencer dan memahami pemikiran tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Siapa itu Herbert Spencer
Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota kecil Derbyshire, Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Dia sebenarnya tidak terlahir tunggal, melainkan sembilan bersaudara. Hanya saja dia menjadi satu-satunya anak pasangan William dan Haerriet Spencer yang bertahan hidup. Potret keluarga Spencer yang bergelut melawan penyakit menjadi semacam mozaik dari kehidupan Inggris zaman Victorian abad ke-19. Ke-8 saudaranya meninggal karena sakit, penyebabnya adalah Inggris yang memasuki Revolusi Industri terperosok ke dalam problem negara industri yang sangat suram sekaligus mengkhawatirkan. Kala itu, bangunan pabrik biasanya menyatu dengan kawasan pemukiman. Bangunannya tua dan tidak terawat, ventilasi minim, kotor, penuh jelaga hitam, sempit, dan sumpek. Selain mengepung kota dengan asap hitam, limbah pabrik juga menimbulkan pencemaran, sanitasi yang tidak terawat, jalanan yang buruk, dan tentu saja polusi.
Karena alasan kesehatan, Spencer kecil menjalani pendidikan di rumah. Dia tidak belajar seni dan humaniora, melainkan teknik dan bidang utilitarian (Ritzer dan Goodman, 2007).[1]
Dalam usia relatif muda, 17 tahun tepatnya pada tahun 1837 Spencer muda terjun ke dunia kerja sebagai insinyur sipil di sebuah perusahaan kereta api London dan Birmingham. Karirnya terbilang bagus hingga akhirnya dia dipercaya menjadi wakil kepala bagian mesin di perusahaan tersebut. Pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Selama periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri.
Spencer memiliki kemampuan sangat baik dalam mekanika. Kemampuan itulah yang memengaruhi imajinasinya dalam ilmu pengetahuan, terutama tentang biologi, masyarakat, dan ilmu sosial. Pada saat menjadi insinyur inilah Spencer mulai belajar menulis artikel secara serius. Tulisan pertamanya di bidang sosial dengan judul On the Proper Sphere of Government pada 1842 dimuat di majalah Non Conformist. Enam tahun kemudian, 1848, tulisan yang sama dimuat The Economist, majalah ekonomi terkemuka yang berbasis di London.
Tulisan Spencer mendapat sambutan hangat penggemarnya sehingga mereka rela membayar lebih dulu tulisan-tulisan Spencer sebelum tulisan itu diterbitkan. Kondisi inilah yang mendorong Spencer untuk berpikir alih profesi menjadi penulis ilmu pengetahuan bidang pengetahuan sosial, khususnya sosiologi. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, saat usianya menginjak 28 tahun dia pindah menjadi wakil editor majalah The Economist, berita mingguan yang berbasis di London. Majalah ini merupakan oposisi pemerintah dan pendukung perdagangan bebas. Melalui majalah ini Spencer banyak bertemu dengan orang terkenal pada saat itu, seperti Thomas Huxley dan George Eliot.
Saat usianya memasuki 30 tahun, Spencer telah mampu menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Social Statics. Tiga tahun kemudian, pamannya (Thomas Spencer) meninggal dunia dan mewariskan harta cukup banyak kepada Spencer. Berbekal warisan itulah Spencer berani memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencurahkan seluruh kegiatannya untuk menulis. Keberhasilan Spencer menulis banyak buku karena selain gemar membaca, Spencer adalah kolektor yang tekun mengumpulkan fakta-fakta mengenai masyarakat di manapun di dunia, ini seorang yang rajin mengumpulkan informasi, membuat sistematika atau klasifikasi data. Spencer memang sejak kecil mempunyai hasrat dan keinginan yang besar untuk menambah dan mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan memahami keseluruhannya.
Spencer juga mengembangkan sistem filsafat dengan aspek-aspek utiliter dan evolusioner. Spencer membangun utiliterisme Jeremy Bentham yang memelopori aliran gerakan reformasi. Jeremy Bentham berpendapat bahwa logika ilmiah harus didasarkan pada pengetahuan yang cukup mengenai kondisi kehidupan sosial yang aktual. Konsep ini mendahului konsep-konsep Charles Darwin (Sukanto: 1982: 36).[2]
Spencer adalah orang yang pertama kali memperkenalkan konsep Survival of the fittest atau yang kuatlah yang akan menang dalam bukunya Social Statics yang terbit pada tahun 1850. Konsep ini untuk menggambarkan kekuatan fundamental ilmu biologi yang menjadi dasar perkembangan evolusioner. Konsepsi ini dipengaruhi karya Thomas R. Malthus mengenai tekanan kependudukan,  An Essay on the Principle of Population (1798). isi  konsepnya antara lain adalah perjuangan untuk dapat bertahan bagi suatu masyarakat atau bagi beberapa masyarakat agar menghasilkan keseimbangan karena perubahan yang terjadi dari keadaan yang homogen yang tidak terpadu menjadi heterogen yang terpadu.
Sembilan tahun kemudian teori evolusioner karya Darwin terbit. Spencer dan Darwin melihat adanya persamaan antara evolusi organisme dengan evolusi sosial. Evolusi sosial adalah serangkaian perubahan sosial dalam masyarakat yang berlangsung dalam waktu lama yang berawal  dari kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana dan homogen kemudian secara bertahap menjadi kelompok suku atau masyarakat yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks (Horton dan Hunt, 1989:208).[3]
Selama hidupnya, Spencer menghasilkan sejumlah karya besar. Sebagian besar pemikiran Spencer tentang sosiologi ditulis dalam 10 buku (dua jilid Biologi, dua jilid psikologi, tiga jilid Sosiologi, dan dua jilid tentang moralitas) yang kemudian dikemas menjadi Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896). Paket ini memuat seluruh teori evolusi universal, meliputi evolusi bilogi, psikologi, sosial, dan etika. Karya-karya tersebut mengukuhkan dirinya sebagai penganut filsafat sintesis, yakni ilmu filsafat yang menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan menjadi satu (Soekanto, 1990).
Dari sederet karya tersebut, buku Principles of Sociology merupakan karya monumental Spencer yang mendorong perkembangan Sosiologi sebagai ilmu populer di masyarakat, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Meski begitu, Spencer kurang mendapat sambutan di negeri sendiri.
Berikut sejumlah karya utama Spencer semaca hidupnya:
  1. Social Statics (1850).
  2. Principles of Psychology (1855).
  3. Principles of Biology (1861 dan 1864).
  4. First Principles (1862).
  5. The Study of Sociology (1873).
  6. Descriptive Sociology (1874).
  7. The Principles of Sociology (1877).
  8. Principles of Ethics (1883).
  9. Esai-esai:
    -          Education (1861)
    .
    -          The Study of Sociology (1873)
    .
    -          The Nature and Reality of Religion (1885)
    .
    -          Various and Fragments (1897)
    .
    -          Facts and Comments (1902)
    .
Bila dicermati, karya-karya Spencer senantiasa mendasarkan konsepsi bahwa seluruh alam, baik yang berwujud organis, nonorganis, maupun superorganis berevolusi karena dorongan kekuatan mutlak yang kemudian disebutnya sebagai evolusi universal (Koentjaraningrat, 1987:34).[4]
Gambaran menyeluruh tentang evolusi universal umat manusia menunjukkan bahwa pada garis besarnya Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari suatu bangsa di dunia sudah melalui tingkatan evolusi yang sama.
Spencer menderita karena keengganannya membaca secara serius karya-karya orang lain. Sebaliknya jika ia membaca karya lain sering kali hanya dilakukan untuk mencari penegasan atas gagasannya sendiri yang tercipta secara independen. Ia mengabaikan gagasan-gagasan yang tidak sejalan dengan gagasannya.
Jadi rekan sejawatnya, Charles Darwin bercerita tentang spencer: “jika saja ia mendidik dirinya untuk meneliti lebih banyak, bahkan dengan…merugikan daya pikirnya sendiri, ia akan menjadi seorang yang luarbiasa” (Wilt-shire, 1978:70).
Herbert Spencer  meninggal pada 8 Desember 1903.
B.     Sosiologi Herbert Spencer
Sebagai salah seorang pendiri sosiologi, usaha Spencer untuk memajukan ilmu ini sebagai suatu ilmu pengetahuan, menekankan pada perlunya pendekatan ilmiah bagi seluruh gejala yang ada serta meningkatkan pendekatan ini bagi pengakajian kehidupan sosial. Anggapan yang ada selama ini memang bahwa semua gejala yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan selalu dikaikan dengan konsep-konsep metafisis dan agama. Seperti juga Comte, Spencer memperkenalkan ide-ide barunya dengan pendekatan yang juga baru yang pada saat itu dianggap bertentangan dengan semua pendekatan yang ada. Ide-ide Spencer pada saat itu memang mengalami tantangan. Sadar akan hal inilah Spencer melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dan agama yang termuat di dalam bukunya: First Principles, di mana dia membedakan antara dua fenomena yaitu fenomena yang dapat diketahuai dan fenomena yang tidak dapat diketahui. Hal-hal yang dapat diketahui katanya adalah yang merupakan pengalaman kenyataan dan mudah diterima oleh manusia sedangkan hal-hal atau gejala-gejala yang tidak dapat diketahui merupakan hal-hal yang berada di bawah lapangan pengetahuan manusia serta konsepsi manusia. Sejak kepercayaan absolut tentang Tuhan diterima oleh manusia, katanya, maka kepercayaan terhadap Tuhan merupakan kategori yang tidak dapat diketahui dan tidak dapat dilihat. Spencer mencoba melakukan kompromi antara ilham pengetahuan dengan agama.
Spencer memulai tiga garis besar teori umum yaitu apa yang disebutnya dengan tiga kebenaran universal yang berbunyi: (1) adanya materi yang tidak terusakkan, (2) adanya kesinambungan gerak, (3) adanya tenaga kekuatan yang terus menerus. Di samping itu ada proposisi yang berasal dari kebenaran universal yaitu:
  • Kesatuan hukum, kesinambungan hubungan antara kekuatan-kekuatan yang tidak pernah muncull dengan sia-sia dan tanpa akhir.
  • Bahwa kekuatan tersebut tidak pernah musnah namun akan ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan yang lain.
  • Segala sesuatu yang bergerak sepanjang garis setidak-tidaknya akan dirintangi oleh suatu kekuatan yang lain.
  • Adanya suatu irama daripada gerakan atau disebut dengan gerakan alternatif.
Menurut Spencer, harus ada suatu hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda-beda di halaman proses evolusioner ini. Dan hukum itu ialah pernyataan bahwa hilangnya sesuatu gerakan biasanya diiringi oleh tujuan gerakan itu sendiri dan akan munculnya suatu disintergrasi dari keadaan tersebut atau menurut Spencer, adanya evolusi selalu diikuti oleh disolusi. Evolusi yang sederhana hanyalah merupakan suatu gerak yang hilang dan merupakan suatu redistribusi dari keadaan. Evolusi itu sendiri terjadi dimana-mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan geologi, kehidupan organik sepertii biologi dan psikologi serta kehidupan superorganik seperti sosiologi.

Spencer mengajukan empat pokok penting tentang sistem evolusi umum yaitu:
  • Ketidakstabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar dan akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar.
  • Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam ratio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan (equilibrium) saja, yaitu suatu keadaan yang seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang lain.
  • Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segresi.
  • Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Spencer memandang sosiologi sebagai suatu studi evolusi di dalam bentuknya yang paling kompleks. Evolusi ini adalah merupakan evolusi superorganis yang termasuk semua proses dan produk tindakan yang dillakukan oleh individu-individu. Di dalam karyanya, Prinsip-Prinsip Sosiologi, Spencer membagi pandangan sosiologisnya menjadi 3 bagian yaitu:
  • Faktor-faktor extrinsic asli seperti: fisis dan iklim.
  • Faktor-faktor intrinsic asli seperti: fisis, intelektual, rasa, atau emosional manusia.
  • Faktor asal muasal seperti modifikasi masyarakat, bahasa, pengetahuan, kebiasaan, hukum, dan lembaga-lembaga.
Dalam tahun 1890 Prof. Giddengs membuat singkatan ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer sendiri. Adapun singkatan sistem sosial Spencer adalah sebagai berikut:
  • Masyarakat adalah oragnisme, atau mereka adalah superorganis yang hidup berpencar-pencar.
  • Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga, suatu kekuatan yang seimbang. Keseimbangan itu ialah antara masyarakat dan masyarakat, anatra kelompok sosial satu dengan kelompok sosial lain.
  • Equilibrasi antara masyarakat dan masyarakat, antara masyarakat dan lingkungan mereka berjuang satu sama lain demi eksistensi mereka di antara warga masyarakatnya. Akhirnya konflik mejadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
  • Di dalam perjuangan ini kemudian timbullah rasa takut di dalam hidup bersama serta rasa takut untuk mati. Rasa takut mati adalah pangkal kontrol terhadap agama.
  • Dengan diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama maka kebiasaan konflik menjadi benih militerisme. Militerisme membentuk sifat dan tingkah laku serta membentuk organisasi sosial dalam peperangan pada umumnya.
  • Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang kecil menjadi kelompok sosial yang lebih besar. Dalam penggabungannya ini diperlukan integrasi sosial. Proses semacam ini memperluas medan integrasi sosial yang biasanya terdapat pemupukan rasa perdamaian antara sesamanya serta rasa kegotong-royongan.
  • Kebiasaan berdamai dan rasa kegotong-royongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka pada hidup tentram dan penuh dengan rasa setia kawan.
  • Di dalam tipe masyarakat yang penuh dengan perdamaian kekuatannya akan berkurang namun sebaliknya rasa spontanitas serta inisiatif semakin bertambah, organisasi sosial menjadi semacam plastik saja sedangkan anggota masyarakat dapat berpindah dengan leluasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka mengubah hubungan sosial mereka tanpa merusak kohesi sosial yang telah ada. Kesemuanya ini merupakan elemen di mana rasa simpati dan seluruh pengetahuan yang ada di dalam kelompok sosial merupakan kekuatan tersendiri bagi masyarakat primitif.
  • Perubahan dari semangat militerisme menjadi semangat industrialisme, semangat kerja keras tergantung pada luasnya tenaga antar kelompok-kelompok masyarakat yang ada serta kelompok masyarakat tetangganya, antara ras dalam suatu masyarakat yang ada serta masyarakat yang lain, antara masyarakat pada umumnya serta lingkungan fisis yang ada. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penuh rasa perdamaian tak dapat dicapai sampai keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras yang ada tercapai lebih dahulu.
  • Di dalam masyarakat, seperti pada kelompok masyarakat lain tertentu, luasnya perbedaan serta jumlah kompleksitas segenap proses evolusi tegantung pada nilai-nilai proses integrasi. Semakin lambat nilai integrasinya, semakin lengkap dan memuaskannya jalannya evolusi itu.
a.      Manusia Sebagai Unit Sosial
Manusia dalam pandangan sosiologi Spencer amatlah penting. Dia percaya bahwa masyarakat secara alamiah tidak dapat menghindarkan diri dari perjuangan untuk dapat hidup terus diantara sesama individu dan masyarakatnya. Seperti halnya di dalam filsafat abad ke-19, Spencer percaya benar terhadap individualisme dan kemerdekaan. Setiap individu dapat saja dengan bebas menggunakan adat kebiasaannya sendiri maupun meniru adat kebiasaan orang lain. Hanya saja kebebasan ini tetap harus dijaga agar tidak menjalar pada kebebasan orang lain.
Spencer dalam karya-karyanya tidak memperhatiakn pendekatan kultural maupun apresiasi terhadap efek kebudayaan yang ada pada seseorang. Di dalam skema besarnya, Spencer menjelaskan akan pentingnya lembaga agama dan pemerintahan dalam membentuk para individu serta meneruskan penelitiannya mengenai asal usul rasa ketakutan manusia. Dari rasa takut pada manusia yang hidup ini kemudian menimbulkan suatu pemerintahan. Rasa takut pada kematian akan menimbulkan agama. Di samping itu Spencer juga mengingatkan kembali bahawa hubungan orang-orang dan masyarakat merupakan proses dua jalur. Dia mengamati bahwa individu dapat mempengaruhi masyarakat, sebaliknya masyarakat juga dapat mempengaruhi individu.
b.      Kekuatan Sosial dan Proses
Spencer mepunyai keyakinan bahwasanya nanti suatu saat masyarakat akan mencapai keadaan yang seimbang dalam hal kekuatansetiap orang berjuang untuk mencapai kehidupan dan mencari kebahagiaan. Dia menerimaanggapan filsafat yang besar bahwa kebahagiaan adalah tujuan dari setiap kehidupan manusia dan bahwasanya masyarakat yang ada itu akannmenciptakan kebahagiaan yang paling besar baagi sejumlah warga masyarakatnya.
Konflik dan perjuangan untuk hidup merupakan proses yang paling utama. Masyarakat selalu berhubungan dengan kedua hal tersebut baik di masa yang sudah lewat dan masa sekarang. secara pemerintahan, konflik ini terutama berkisar pada bidang ekonomi dan militer. Spencer sebagai seorang optimis dan percaya akan adanya progress di dalam masyarakat selalu memandang akan adanya perubahan di dalam lembaga ekonomi dan pemerintahan. Ekonomi akan berubah dari bentuk ekonomi berburu dan pertanian menuju ekonomi industri. Sedangkan pemerintahan akan berubah dari militerisme yang besar dan kuat menuju pada suatu negara yang tenteram denga suatu pengecilan ukuran dari kekuatannya. Jadi, konflik pada masa lewat maupun sekarang yang dianggap penting akan menjadi kurang penting pada masa yang akan datang.
Proses diferensiasi dan spesialisasi di dalam masyarakat selalu dibarengi oleh perjuangan untuk hidup. Konsepsi Spencer mengenai evolusi universal telah berubah dari evolusi homogen dan tidak menentu menjadi evolusi yang heterogen dan menentu.

c.       Struktur Sosial
Spencer yakin terhadap adanya masyarakat sebagai suatu organisme, dengan menggunakan analogi biologi untuk menggambarkan organisasi masyaarakat. Setiap masyarakat memiliki sistem peraturan (pemerintah dan militer), suatu sistem distribusi (perdagnagn dan komunikasi) dan suatu sistem penopangan (ekonomi) yang sama saja dengan regulasi, sirkulasi serta nutrisi dalam suatu organisme biologi. Hal inilah yang akhirnya menjadi dasar aliran organisme bagi kaum sosiolog yang selanjutnya dijadikan konsepsi masyarakat. Oleh karenanya tidak ragu-ragu lagi bahwasanya ada persamaan antara organisme dan masyarakat.
Spencer terutama sekali tertarik dalam menggambarkan dan memperbandingkan bermacam-macam lembaga sosial. keluarga, pemerintah dan lembaga ekonomi merupakan aspek-aspek yang ia alami. Dia membicarakan masyarakat militer yang didalamnya terdapat pusat kontrol dalam masalah perang dan damai. Keduanya ditangani oleh pimpinan angkatan perang yang juga merangkap sebagai pimpinan politik. Pemerintah dan organisasi gereja mengajarkan rasa ketaatan dan pengabdian yang mendalam.
Masyarakat industri berlawanan dengan militer. Masyarakat industri adalah masyarakat yang penuh dengan perdamaian, demokratis dan terpilih di dalam organisasi politik. Spencer melihat adanya kemungkinan penggabungan antara militerisme dan industrialisasi, seperti yang erbukti pada abad ke-20 sekarang. namun dia gagal dalam melihat timbulnya negara sosialisme sebagai suatu gabungan antara pemerintahan industrialisme dan dan pemerintahan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Teori evolusi pemerintahan serta tipe-tipe militernya yang ideal serta masyarakat industrinya adalah sama dengan teori Durkheim mengenai masyarakat organias dan masyarakat mekanis.
d.      Perubahan Sosial
Segala sesuatu itu berubah dan akan menjadi lebih kompleks lagi. Perubahan dalam suatu area kehidupan akan membawa perubahan yang cepat dan berbeda-beda pada lainnya. Satu sama alinnya saling berkaitan. Penyebab yang satu akan menjadi penyebab lainnya. Ini adalah hukum Spencer mengenai multiplikasi efek yang tenah dicanang dalam Corollaly II di dalam teori evolusi umumnya. Dia lebih lanjut menklasifikasikan faktor-faktor di dalam perubahan sosial yaitu faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor-faktor primer adalah sifat individu masyarakat dan kondisi masyarakat yang ada. Yang dimaksud dengan individu disini adalah sifat fisik, emosi dan intelektualnya orang-orang di dalam masyarakat yang menyebabkan perubahan sosial dalam kelompok itu. Spencer juga memperhitungkan akan adanya evolusi sosial (seperti dalam alam kehidupan manusia primitif) adalah lebih menggantungkan pada kondisi lokal daripada kondisi-kondisi yang lain. Kesemuanya ini menciptakan adanya banyak masalah yang harus dipecahkan oleh manusia bila manusia itu ingin dapat hidup terus.
Faktor sekunder ialah faktor yang berasal dari perubahan manusia. Kesemuanya terdiri dari lima faktor:
  • Modifikasi yang progresif mengenai lingkungan yang dijalankan oleh masyarakat.
  • Ukuran masyarakat. Kepadatan penduduk secara langsung akan bertambah proporsinya karena adanya spesialisasi di dalam pekerjaan manusia.
  • Pengaruh timbal balik antara masyarakat dan individu. Pengaruh keseluruhan terhadap bagian-bagian yang ada terhadap keseluruhan.
  • Akumulasi produk superorganik, seperti obyek materi, bahasa, pengetahuan, mite-mite dan sejenisnya.
  • Perjuangan antara masyarakat dengan masyarakat tetangganya
Konflik antara kelompok dan yang hidup dengan layak telah mendominir sosiologinya Spencer. Perang bagi Spencer, sumbernya dan hampir secara ekslusif berasal dari terintegrasinya kekuatan-kekuatan kepentingan sosial yang paling besar. Perkembangan politik ditentukan oleh perjuangan kelompok yang menentang suatu kelompok lain. Perkembangan ekonomi ditentukan oleh perjuangan manusia terhadap alam.
Spencer akhirnya menyebutkan dengan berkembangnya masyarakat dalam arti umum, maka mereka menunjukkan integrasi baik dengan massa yang bertambah secara sederhana maupun dengan cara koalisi dan rekoalisi massa. Perubahan dari homogenitas menuju heterogenitas bisa dijadikan contoh secara luas, mualai dari suku yang paling sederhana sampai pada bangsa yang beradab yang penuh dengan fungsi dan strukturnya. Dengan majunya integrasi dan heterogenitas maka meningkatlah perhubungan masyarakat itu.
Setelah mempelajari evolusi sosialnya Spencer, maka Rumney menyimpulkan bahwa konsep yang telah dicapai dapat dikualifikasikan sebagai berikut:
  • Perkembangan yang tidak linier harus dikeluarkan.
  • Batas-batas harus diletakkan di setiap proses sosial atau garis perkembangan.
  • Evolusi dalam artian menurunnya modifikasi yang tidak boleh dikacaukan dengan evolusi yang berkonotasi terhadap asal mula segala sesuatu.
  • Formula evolusi sosial tidak perlu diperluas atau bila diperluas akan kehilangan nilai penjelasannya.
  • Integrasi serta perbedaan yang meningkat terjadi di dalam evolusi, namun peningkatan kesemuanya itu tidak perlu menimbulkan kompleksitas.
  • Spencer hanya memberikan sedikit mengenai faktor manusia, kesadaran dalam pembuatan perencanaan yang dibuat oleh individu atau kelompok.
  • Dia melupakan aspek-aspek kualitatif mengenai evolusi.
  • Dia salah dalam mengasosiakan kemajuan yang ada dalam evolusi.
Spencer menggunakan istilah progres dan evolusi sebagai suatu istilah yang sinonim. Dia beranggapan bahwa evolusi itu sudah jamak, otomatis dan mempunyai kaitan dengan hal-hal yang bersifat progresif. Bahwa evolusi manusia telah mengambil tempat sudah tidak diragukan lagi daripada evolusi biologisnya. Namun yang masih tetap diragukan ialah penyebab evolusi itu sendiri.
C.    Spencer tentang Teori Evolusi
Soekanto (1990:484-485) mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang  terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan  peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.[5]
Menurut Soekanto (1990:345-347), teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam  tiga kategori:
  1. Unilinear theories of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia  dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan  Herbert Spencer. Variasi teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
  2. Universal theory of evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun  susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
  3. Multilined theories of evolution. Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.
v  Hukum Evolusi
Sejak tahun 1879 spencer mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang hingga kini masih dianut walaupun disana sini ada perubahan. Evolusi secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya, dan memerlukan waktu yang lama. Sedangkan evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Ia yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitive ke masyarakat industri. Herbert spencer memperkenalkan pendekatan analogi organic, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Proses evolusi masyarakat yaitu perorangan-perorangan bergabung menjadi keluarga, keluarga-keluarga bergabung menjadi kelompok, kelompok-kelompok menjadi desa, desa menjadi kota, kota menjadi Negara, dan Negara menjadi perserikatan bangsa-bangsa(Veeger, 1992: 80).[6]

Evolusi adalah penyatuan dan pengintegrasian materi kedalam kesatuan-kesatuan yang lebih besar dan lebih rumit strukturnya.
v  Evolusi Masyarakat
·         Teori tentang evolusi hukum dalam masyarakat.
Skema teori:
Hukum keramat        hukum sekuler           hukum kekuasaan otoriter   hukum keramat raja             undang-undang
Spencer mengatakan bahwa hukum yang ada pada masyarakat pada awalnya adalah hukum keramat. Hukum keramat berasal dari nenek moyang yang berupa aturan hidup dan pergaulan. Karena masyarakat semakin kompleks sehingga hukum keramat tersebut tidak cocok lagi.
Maka timbullah hukum sekuler yaitu hukum yang berlandaskan azaz saling butuh-membutuhkan secara timbal balik di dalam masyarakat. Namun karena jumlah masyarakat semakin banyak maka dibutuhkan sebuah kekuasaan otoriter dari raja untuk menjaga hukum sekuler tersebut.. dalam perkembangan selanjutnya timbullah masyarakat “beragama” sehingga kekuasaan otoriter rajapun tidak lagi cukup. Untuk mengatasi hal tersebut ditanamkanlah suatu keyakinan kepada masyarakat yang mengatakan bahwa raja adalah keturunan dewa sehingga hukum yang dijalankan adalah hukum keramat.
Pada perkembangan selanjutnya timbullah masyarakat industry, dimana kehidupan manusia semakin bersifat individualis sehingga hukum keramat tidak bisa lagi mengaturkehidupan bermasyarakat. Maka muncul hukum undang-undang.
·         Teori asal mula religi
Skema teori:
Penyembahan roh nenek moyang               penyembahan dewa-dewa.
Spencer mengatakan bahwa semua bangsa yang ada di dunia ini, religi itu dimulai dengan adanya rasa sadar dan takut akan maut.ia berpendapat bahwa religi tertua adalah penyembahan terhadap roh-roh nenek moyang yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Bentuk religi ini akan berevolusi ke bentuk religi yang lebih kompleks yaitu penyembahan kepada dewa-dewa seperti dewa kejayaan, dewa perang, dewa kebijaksanaan, dewakecantikan, dewa maut dll.
Spencer juga berpendapat bahwa dalam evolusi sosial aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan tahan dalam masyarakat, adalah hukum yang dapat melindungi kebutuhan warga masyarakat.
Sementara itu, perspektif evolusioner adalah sudut pandang teoretis paling awal dalam sosiologi.  Hal tersebut berdasarkan pada karya August Comte (1798-1857) dan Herbert Spencer (1820-1903). Keduanya menaruh perhatian pada perkembangan masyarakat secara evolusioner dari keseluruhan atau kesatuan yang utuh.
Horton dan Hunt (1989:16-17) menjelaskan, perspektif evolusioner adalah perspektif yang aktif, sekali pun bukan merupakan perspektif utama dalam sosiologi.[7]
Dalam bukunya, Positive Philosophy (1851-1854), Comte menulis tentang tiga tingkatan yang pasti dilalui pemikiran manusia yaitu: teologis, metafisik (atau filosofis), dan akhirnya positif (atau ilmiah). Comte berpendapat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang dominan terhadap pribadi.
Sebaliknya, Spencer berpendapat bahwa pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Dia menekankan bahwa pribadi merupakan dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat dianalisis pada tingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan anggotanya memenuhi berbagai keperluan.  Oleh karena itu, banyak ahli memandang Spencer bersifat individualistis. Terkait ketertarikannya pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat modern, Spencer menilai  masyarakat bersifat organis. Pandangan ini yang kemudian menjadikan Spencer sering disebut sebagai seorang teoretis organik karena usahanya memperluas prinsip-prinsip evolusi pada ilmu biologi ke institusi sosial.
Lebih jauh Spencer mengungkapkan bahwa perubahan alamiah dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat. Kumpulan pribadi dalam masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam menentukan kualifikasi.
Bagi Spencer, masyarakat  merupakan material yang tunduk pada hukum universal evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan lingkungan yang mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat, terutama dalam organisasinya. Masyarakat tersusun atas dasar hakikat manusia dan bentuknya sangat dipengaruhi oleh alam yang sulit dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan oleh manusia sangat sulit ditentukan akibatnya (Haryanto, tt:24).[8]
Diakui atau tidak, Spencer terpikat Darwinisme sosial populer setelah Charles Darwin menerbitkan buku Origin of Species (1859), sembilan tahun setelah Spencer memperkenalkan teori evolusi universalnya. Spencer memandang evolusi sosial sebagai serangkaian tingkatan yang harus dilalui semua masyarakat yang bergerak dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih rumit dan dari tingkat homogen ke tingkat heterogen.
Horton dan Hunt (1989:59-61) menilai adanya suatu optimisme di masyarakat. Kemajuan masyarakat yang terus meningkat pesat pasti akan mengakhiri kesengsaraan dan meningkatkan kebahagiaan manusia.[9]
Menurut Haryanto (tt:25), semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui semua masyarakat. Perubahan sosial ditentukan dari dalam (endogen) yang sering digambarkan dalam arti diferensiasi struktural, perubahan dalam arti dari yang paling sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks. Masyarakat sederhana tidak terpadu yang tidak pasti (indefinite, incoherent homogenity), memiliki karakteristik, tidak ada pembagian tugas atau peran yang rinci dan lebih banyak bersifat informal. Sedang masyarakat yang lebih kompleks (definite, coherent heterogenity) memiliki karakteristik terspesialisasi dan formal.
Evolusi terjadi pada tingkat organis dan pada tingkat anorganis. Pada tingkat organis, perubahan terjadi dari sel homogen sederhana menuju organisme terpadu yang lebih tinggi dan kompleks. Evolusi anorganis prosesnya adalah proses yang bermula dari bulatan gas yang tidak menentu, tidak terpadu dan homogen, kemudian menggumpal menjadi bintang, planet, matahari, bulan yang berbeda yang kemudian diintegrasikan menjadi satu keseluruhan dalam gerakan yang mengikuti hukum-hukum tertentu. Selain evolusi organis dan anorganis, ada evolusi yang disebut evolusi superorganis. Evolusi superorganis ini hanya terjadi pada masyarakat. Evolusi superorganis di kemudian hari lebih dikenal sebagai evolusi sosial dan evolusi produksi yang sekarang kita kenal sebagai evolusi kebudayaan.
Seperti halnya sel pada organisme yang mempunyai cara dan sifat masing-masing, Spencer menilai watak dan sifat manusia itulah yang membawa perbaikan bagi masyarakat. Watak yang baik mudah menjadi teladan mengalami kemajuan karena rintangan yang muncul dapat terkikis dengan sendirinya pada saat terjadi proses menyelaraskan diri dengan masyarakat dan kemajuan. Hal ini juga berarti perjuangan hidup (struggle for life) dapat diatasi sehingga terbentuk masyarakat terbaik. Perjuangan hidup dan survival of the fittest adalah suatu wujud tenaga evolusi dalam masyarakat. Hal ini membuat manusia dalam masyarakatnya selaras dengan kehidupan politik, industri, dan sebagainya di sekitarnya. Di sini Spencer melihat kehidupan dalam masyarakat selalu mendorong anggotanya bersikap menyesuaikan diri dengan panggilan hidup yang lebih maju.
Peraturan negara harus menjaga agar supaya rakyat dan masyarakat dapat hidup merdeka dan memperjuangkan hidupnya. Spencer tidak setuju dengan peraturan yang melindungi pihak yang lemah, yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap kemajuan masyarakat. Spencer berpendapat bahwa pihak yang lemah hendaknya binasa saja atau harus berusaha belajar keterampilan dan keuletan sehingga nantinya yang akan tinggal hanya mereka yang terkuat (the fittest).
Spencer berpendapat bahwa orang-orang cakap dan bergairah (enerjik) yang akan mampu memenangkan perjuangan hidup dan berhasil, sedang orang yang malas dan lemah akan tersisih dengan sendirinya dan kurang berhasil dalam hidup. Kelangsungan hidup keturunan manusia lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan tenaga hidupnya. Kekuatan hidupnyalah yang mampu mengatasi kesukaran ujian hidup, termasuk kemampuannya menyesuaikan diri (berevolusi) dengan lingkungan fisik dan sosial yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
Spencer berpendapat, suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti ada organisme yang mempunyai fungsi yang lebih matang di antara bagian-bagian lain dari organisme sehingga dapat berintegrasi dengan lebih sempurna. Secara evolusioner, tahap organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya. Dengan demikian organisme mempunyai kriteria yang dapat diterapkan pada setiap masyarakat yaitu kompleksitas, diferensiasi, dan integrasi. Evolusi sosial dan perkembangan sosial pada dasarnya adalah pertambahan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan heterogen (Soekanto, 1990: 39-41).[10]
Dalam bukunya Principles of Sociology, Spencer berpendapat bahwa pada masyarakat industri yang telah terjadi diferensiasi dengan mantap, akan ada  stabilitas yang menuju pada keadaan hidup yang damai. Seperti juga Comte, Spencer berpendapat bahwa tujuan hidup setiap manusia adalah menyesuaikan diri dengan panggilan hidup dalam masyarakat sekitarnya yang selalu berevolusi menuju perbaikan dan kemajuan.
Pusat perhatian Spencer juga tertuju pada gerak yang dipandang sebagai suatu tenaga yang menggerakkan proses pemisahan (diferensiasi, membedabedakan) dan proses mengikat (integrasi, persatuan). Tenaga ini membawa kesamaan dan perpecahan dan ketidakpastian dalam evolusi sehingga membentuk kelompok, golongan, ras, suku bangsa, bangsa, dan negara. Evolusi terus berlanjut, ada yang menuju kesempurnaan, tetapi ada juga yang sebaliknya. Evolusi pada sosiologi mempunyai arti optimis yaitu tumbuh menuju keadaan yang sempurna, kemajuan, perbaikan, kemudahan untuk perbaikan hidupnya.
Seperti telah disinggung di atas, pandangan-pandangan sosiologi Spencer sangat dipengaruhi pesatnya kemajuan ilmu biologi. Beberapa di antaranya adalah:
  1. Pelajaran tentang sifat keturunan (descension), Lamarck (1909) yang  menyatakan bahwa sifat manusia yang diturunkan kepada anak cucunya sangat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan  sifat bangsa itu. Teori evolusi ini berdasarkan pendapat bahwa hewan yang bertulang punggung bisa menyempurnakan bentuk badannya berdasarkan kebutuhannya kepada keturunannya.
  2. Teori seleksi dari Darwin (1859) mengatakan bahwa alam akan membuang segala sesuatu yang tidak terpakai dan memperkuat segala sesuatu yang berguna, seperti yang terjadi pada binatang, yang kuat akan mampu bertahan hidup dan yang lemah akan binasa.
  3. Teori tentang penemuan sel. Tubuh hewan dan tumbuh-tumbuhan terdiri dari organisme kecil-kecil yang disebut sel. Sel ini mempunyai sifat dan bentuk yang sama, tetapi mampu mempengaruhi sifat binatang atau tumbuhan berdasarkan ciri yang terkuat pada sel tersebut.
Teori-teori Spencer sangat dipengaruhi oleh pelajaran tentang sifat keturunan Lamarck yang menyamakan masyarakat dengan suatu organisme, dengan sel-selnya, dan selanjutnya ia membandingkannya seperti itu. Pendapat tentang biologi mempengaruhi dunia filsafat, psikologi dan lain sebagainya sehingga terjalin pertalian yang erat antara ilmu pengetahuan itu dengan sosiologi.
Membandingkan masyarakat dengan organisme, Spencer mengelaborasi ide besarnya secara detail pada semua masyarakat sebelum dan sesudahnya. Spencer menitikberatkan pada tiga kecenderungan perkembangan masyarakat dan organisme, yaitu:
1.      Pertumbuhan dalam ukurannya
2.      Meningkatnya kompleksitas struktur
3.      Diferensiasi fungsi.
Spencer berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang semakin baik. Karena itu, kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri, lepas dari campur tangan yang mungkin akan memperburuk keadaan. Spencer menerima pandangan bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuh-tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi secara progresif dan positif terhadap lingkungan sosialnya. Ia juga menerima sudut pandang Darwinian bahwa proses seleksi alamiah, “survival of the fittest”, juga terjadi dalam kehidupan sosial (istilah survival of the fittest justru diciptakan oleh Spencer beberapa tahun sebelum karya Darwin mengenai seleksi alam muncul). Jika tidak diganggu intervensi dari luar, individu yang layak akan bertahan hidup dan berkembang, sedangkan individu yang tak layak akhirnya punah. Spencer memusatkan perhatian pada individu, sedangkan Comte menekankan pada unsur yang lebih besar seperti keluarga.
Ritzer dan Goodman (2007) merangkum teori evolusi Spencer ke dalam dua perspektif. Pertama, teorinya berkaitan dengan peningkatan ukuran (size) masyarakat. Peningkatan ini menyebabkan diferensiasi fungsi yang dilakukannya. Kedua, masyarakat berubah melalui penggabungan. Makin lama makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dia berbicara tentang gerak evolusioner dari masyarakat yang sederhana ke penggabungan dua kali lipat dan penggabungan tiga kali lipat.[11]
Di bagian lain, Spencer menawarkan teori evolusi dari masyarakat militan ke masyarakat industri. Pada mulanya, masyarakat militan dijelaskan sebagai masyarakat terstruktur guna melakukan perang, baik yang bersifat defensif maupun ofensif. Sejalan dengan tumbuhnya masyarakat industri, fungsi perang sebagai perubahan berakhir. Masyarakat industri didasarkan pada persahabatan, tidak egois, dan penghargaan terhadap prestasi.
Dalam  tulisannya mengenai etika dan politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusi sosial yang lain. Di satu sisi ia memandang masyarakat berkembang menuju ke keadaan moral yang ideal atau sempurna. DI sisi lain ia menyatakan bahwa masyarakat yang paling mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannyalah yang akan bertahan hidup (survive), sedangkan masyarakat yang tak mampu menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya. Hasil proses ini adalah peningkatan kemampuan menyesuaikan diri masyarakat secara keseluruhan.
Jadi, Spencer mengemukakan seperangkat gagasan yang kaya dan ruwet. Mula-mula gagasannya menikmati sukses besar, tetapi kemudian ditolak selama beberapa tahun, dan baru belakangan ini hidup kembali dengan munculnya teori sosiologi neoevolusi
Spencer membedakan empat tahap evolusi masyarakat:

a.       Tahap penggandaan atau pertambahan
Baik tiap-tiap mahluk individual maupun tiap-tiap orde social dalam keseluruhannya selalu bertumbuh dan bertambah

b.      Tahap kompleksifikasi
Salah satu akibat proses pertambahan adalah makin rumitnya struktur organisme yang bersangkutan. Struktur keorganisasian makin lama makin kompleks.

c.        Tahap Pembagian atau Diferensiasi
Evolusi masyarakat juga menonjolkan pembagian tugas atau fungsi, yang semakin berbeda-beda. Pembagian kerja menghasilkan pelapisan social (Stratifikasi). Masyarakat menjadi terbagi kedalam kelas-kelas social.

d.      Tahap pengintegrasian
Dengan mengingat bahwa proses diferensiasi mengakibatkan bahaya perpecahan, maka kecenderungan negative ini perlu dibendung dan diimbangi oleh proses yang mempersatukan. Pengintegrasian ini juga merupakan tahap dalam proses evolusi, yang bersifat alami dan spontan-otomatis. Manusia sendiri tidak perlu mengambil inisiatif atau berbuat sesuatu untuk mencapai integrasi ini. Sebaiknya ia tinggal pasif saja, supaya hukum evolusi dengan sendirinya menghasilkan keadaan kerjasama yang seimbang itu. Proses pengintegrasian masyarakat berlangsung seperti halnya dengan proses pengintegrasian antara anggota-anggota badan fisik Indonesia.

D.    Catatan Terhadap Spencer.
Dengan Comte, Spencer membuat sosiologi suautu ilmu pengetahuan serta menentukan arah pandangan sosiologi itu. Atas dasar itu, Rumney memberikan ringkasan mengenai karaya Spencer sebagai berikut: Teori sosiologi Spencer dapat dipastikan lebih maju daripada Comte. Dia menunjukkan suatu ketrampilan dalam mengetrapkan data etnologis dan metode komparatif. Metode dan hasil-hasilnya memberi pada ahli-ahli yang lain.
Garis besar pandangan dan tujuan sosiologi Spencer ditandai dengan adanya kesatuan dan perpautan sebagai filosof yang benar-benar ingin membuat suatu ilmu masyarakat. Spencer menekankan pandangannya pada sifat superorganis masyarakat, namun pandangan individualistis yang berat sebelah itu menolak atau berlawanan terhadap adanya unit massa sebagai individu yang ada di dalam masyarakat.
Sumbangan yang paling penting dari Spencer adalah pengenalannya mengenai evolusi kehidupan sosial. Konsep mengenai kesinambungan perkembangan dalam kehidupan sosial melalui integarasi dan diferensiasi serta penggunaan teori ini memacu adanya klasifikasi masyarakat dan organisasi sosial.
Beberapa kritikan tentang teori evolusi:
1.      Citra masyarakat sebagai kesatuan organik yang kompak mulai diragukan seiring terjadinya konflik.
2.      Perubahan evolusi diibaratkan sebagai kemajuan perubahan sosial, padahal tidak selamanya perubahan itu mengalami kemajuan
3.      Proses evolusi bersifat tunggal atau universal merupakan konsep yang abstrak. perubahan sosial bisa terjadi hanya pada bagian-bagian tertentu dan faktor-faktor tertentu saja. tidak semuanya mengalami perubahan.
Kritis terhadap teori evolusi ini yang kemudian melahirkan gagasan baru berupa neo-evolusionisme.


[1] Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2007.Teori Sosiologi Modern (Edisi VI). Jakarta: Kencana.

[2] Sukanto, Soerjono. (1982). Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[3] Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L.1989.Sosiologi, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
[4] Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.

[5] Sukanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

[6] Veeger, KJ.1992.Pengantar Sosiologi.jakarta: Gramedia hal.80
[7] Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L.1989.Sosiologi, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
[8] Haryanto. (tt). Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka.
[9] Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L.1989.Sosiologi, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
[10] Sukanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

[11] Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2007.Teori Sosiologi Modern (Edisi VI). Jakarta: Kencana.

DAFTAR PUSTAKA 

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L.1989.Sosiologi, Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
Haryanto. (tt). Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2007.Teori Sosiologi Modern (Edisi VI). Jakarta: Kencana.

Siahaan, Hotman M. (1986). Pengantar keArah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Spencer, Herbert. 1897. The Principles of Sociology Vol. 1 (Edisi III). New Yrok: A. Appleton and Company.
Sukanto, Soerjono. (1982). Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
———–. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Veeger, KJ.1986.BAB II.B. Herbert Spencer dan C. Darwinisme Sosial. Dalam KJ. Veeger. 1986. Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.
 


1 Response to "Pemikiran Herbert Spencer"

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel