-->

Teori-Teori Feminisme

1.    Feminisme Liberal
Berpandangan bahwa perempuan dapat menikkan posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat melalui kombinasi inisiatif dan prestasi individual (misalnya pendidikan tinggi), diskusi rasional dengan kaum laki-laki, khususnya suami, yang dapat dikonsepsikan sebagai upaya memperbaiki peran jender mereka, cara pengambilan keputusan sehubungan dengan pengasuhan anak, yang akan memberikan kemungkinan bagi perempuan untuk mengejar karir, dan memperthankan hukum yang memberikan hak kepada aborsi legal dan melindungi perempuan dari diskriminasi seks (misalnya  pasal- VII Civil Rights Act).
2.    Feminisme Radikal
Feminisme radikal atau cultural mengacu kepada verasi yang sedikit berbeda dalam teori feminis, yang berakar pada akhir era 1960-an dan awal 1970-an (misalnya Firestone, 1979; Atkinson, 1979). Pendekatan ini (lihat Dworkin, 1979) berpandangan bahwa penindasan atas perempuan terutama terjadi karena patriarki , yang beroprasi baik pada level keluarga dan pada level budaya, di mana citra seksis perempuan diobjektifkan sehingga menindas mereka. Feminisme radikal mirip dengan feminism lesbian atau separatism lebian dalam kritiknya  atas keluarga heteroeksis sebagai sumber utama penindasan atas perempuan. Ini sekaligus mengantisipasi berbagai tema dalam teori homoseksual, yang didiskusikan kemudin, misalnya hegemoni heteroeksisme, yang memproduksi pandangan terbelah tentang maskulinitas dan feminitas.
Feminime berpandangan bahwa feminis perlu meruntuhkan atau secara radikal memperbaiki keluarga dan menciptakan budaya non-misoginis di mana perempuan tidak dijadikan objek. Feminisme radikal memasukkan tapi tidak terbatas pada kritik tajam atas heteroeksisme, yang tidak hanya berpandangan bahwa semua orang pada dasarnya heteroseksual tapi juga menambahkan bahwa perempuan mendapatkan identitaa mereka karena berpaangan (khususnya, menikah) dengan laki-laki dan mempunyai anak. Feminisme lesbian merupakan feminis radikal adalah separatis lesbiankarena merek menasihati perempuan untuk berpasangan hanya dengan perempuan. Feminisme radikal tidak membutuhkan penyangkalan personal atas heteroseksualitas. Dia tidak memrlukan pemikiran ulung radikal tentang kelarga, termasuk psndangan ulsng radikal tentang heteroseksualitas wajib Juga diperlukan komimen untuk menciptakan satu budaya di mana perempuan tidak mengidentifikasikan diri dan nilai mereka dalam hubungan hal mereka dengan laki-laki.
3.    Feminisme Sosialis
Feminisme spesialis sperti Zillah Einstein dan Heidi Hartmann berpendapat bahwa perempuan tidak dapat meraih keadilan sosial tanpa memubarkan patriarki dan kapitalisme. Meskipun terdapat debat anar feminis sosialis (misalnya lihat Walby, 1990; Delphy, 1984) tentang cara terbaik untuk menkonseptualisasikan hubungan kapitalisme dan patriarki dan “beban” apa yang memberikan kepada patriarki dn kapitalisme sumber penindasan atas perempuan, pada umumnya mereka setuju bahwa Marxisme dan feminism harus bersatu agar dapat memperjuangkan kondisi perempuan saat ini sebaik-baiknya. Feminis sosialis menekankan aspek jender dan ekonomis dalam penindasan atas kaum perempuan. Mereka berpedapat bahwa perempuan dapat dilihat sebagai penghuni kelas ekonomi dalam pandangan Marx dan “kelas seks”, sebagaimana disebut oleh Shulamith Firestone Artinya, perempuan menampilkan pelayanan berharga bagi kapitalisme baik sebagai pekerja maupun istri yang tidak menerima upah atas kerja domestic mereka.
4.    Feminisme Posmodern
Teori feminis postmodern (lihat, misalnya Flax, 1990; Hekman, 1990; Lather, 1991; Brodribb, 1992) telah mendapatkan bbanyak perhatian dan perlu mendapatkan bagian khusus di sini. Dalam banyak hal, feminis postmodern menerjemahkan kerangka kerja mereka dari teori postmodern yang didiskusikan pada bab 2 dan 3. Mereka menerapkan teori perbedaan dan kritik teoritisi Perancis atas modernitas pada masalah perempuan. Teori feminis postmodern mula-mula mendapatkan suara dari feminis Perancis seperti Irigay, Kristeva dan Cixous, yang mengambil karya mereka dari tafsir psikonalisis postmodern Lacan. Para feminis Perancis ini belum memproduksi banyak teori sosial yang sisematis. Namun mereka menulis esai dalam tafsir sastra, filsafat, budaya dan psikoanilisis yang menentang banyak konveksi stalistik atas teori sosial kritis karena mereka mencoba menunjukan apa yang mereka sebut dengan L’ecriture feminine, atau tulisan perempuan (lihat Meese, 1992).

Tema kunci pertama feminisme postmodern adalah pertanyaan bahwa pembebesan diraih melalui narativitas, pengkisahan, yang membentuk identitas feminis dan menciptakan budaya feminis. Ini adalah alas an mengapa feminis Perancis mengahbiskan banyak waktu untuk menteorikan tulisan sebagai satu aktivitas yang terjenderkan. Mereka melihat perempuan dan laki-laki yang “menceritakan” (berbicara dan menulis) dunia dengan cara yang berbeda mencerminkan sifat yang berbeda, hubungan dengan kenirsadaran, dan posisi subjek mereka.Selama posmodernis menyatakan bahwa manusia sebagian besar diposisikan oleh bahasa dan wacana mereka, mudah kiranya untuk melihat mengapa feminis Perancis menempatkan begitu banyak penekanan pada narativitas feminis sebagai sarana pembebasan, identitas dan penciptaan budaya.

0 Response to "Teori-Teori Feminisme"

Post a Comment

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel