-->

sosiologi pariwisata (observasi tentang objek wisata parangtritis)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Indonesia merupakan negara maritim dengan ribuan pulau, sehingga menyebabkan Indonesia memiliki ribuan kebudayaan yang beranekaragam. Potensi yang dimiliki Indonesia sangat beragam, khusunya dilihat dari bidang pariwisatanya.
            Pariwisata di Indonesia sanagat potensial apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh pemerintah. Hal itu tentunya dapat membantu perekonomian warga negara Indonesia, dan dapat membantu pendapatan negara. Sayangnya belum banyak pariwisata di Indonesia yang dimaksimalkan oleh pemerintah guna menarik perhatian para wisatawan, baik Domestik maupun Mancanegara. Namun selain berbagai hal positif yang terjadi karena adanya tempat atau daerah wisata, tak jarang banyak hal negatif yang juga terdapat pada daerah wisata tersebut. 
            Di sini kami akan membahas tentang hal itu secara khusus pada daerah wisata Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Kami akan membahas secara lebih khusus tentang bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya, bagaimana dampak positif ataupun negatif yang ada di daerah tersebut, dll. Hal ini kami rasa sangat penting untuk kita ketahui bersama, oleh karena itu kami mengkaji obyek wisata tersebut.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana deskripsi dan sejarah Pantai Parangtritis ?
2.      Bagaimana fenomena sosial masyarakat di sekitar Pantai Parangtritis ?
3.      Bagimana dampak yang ditimbulkan dengan adanya obyek wisata Pantai Parangtritis ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui deskripsi singkat dan sejarah Pantai Parangtritis.
2.      Mengetahui fenomena sosial pada masyarakat sekitar Pantai Parangtritis
3.      Mengetahui dampak  yang ditimbulkan dengan adanya obyek wisata Pantai Parangtritis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
           
Sosiologi pariwisata adalah kajian tentang kepariwisataan dengan menggunakan menggunakan perspektif sosiologi. Untuk menguji suatu peristiwa sosial, maka harus dikaitkan dengan teori yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli sosiologi. Beberapa teori yang kami ambil diantaranya adalah :
           
Teori Fungsionalisme- Strukturalisme
Teori struktural-Fungsionalis termasuk dalam teori konsensus, yang dipelopori oleh Herbert Spencer, Emile Dukheim, Redclirre. Brown, Talcott Parson, dan Robert Marton. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh suatu mekanisme keseimbangan.
Teori Fungsionalisme-Strukturalisme melakukan analisis dengan melihat masyarakat sebagai suatu sistem dari interaksi anatar manusia dan berbagai institusinya, dan segala sesuatunya disepakati secara konsensus, termasuk dalam hal nilai dan norma. Teori Fungsionalisme menekankan pada harmoni, konsistensi, dan keseimbangan dalam masyarakat.
Teori Fungsionalisme sebagai mana diungkapkan oleh Durkheim, menggunakan analogi bahwa masyarakat sama dengan organisme dimana setiap organ mempunyai fungsi tertentu yang menjamin keberlanjutan masyarakat secara harmonis. Kalau organisme harus dilihat secara keseluruhan, maka demikian pula halnya dengan masyarakat, tidak bisa dilihat secara parsial.
Beberapa asumsi pokok Teori Fungsionalisme-Strukturalisme adalah sebgai berikut:
1.      Masyarakat, sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang interdipendent. Masing-masing bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yang berperan menjaga eksistensi dan berfungsinya sistem secara keseluruhan.
2.      Setiap elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan dengan fungsi-fungsi dan peranannya terhadap sistem, serta dilihat apakah subsistem tersebut berfungsi atau tidak, dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh perilaku suatu subsistem. Jadi yang dilihat adalah fungsi real, bukan fungsi yang seharusnya.
3.      Kalau suatu sistem dapat mempertahankan batas-batasnya, maka sistem tersebut akan stabil.
4.      Berfungsinya masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat yang stabil, normal, karena semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan (Talcott Parsons).
5.      Apabila terjadi disfungsi pada suatu bagian, maka akan terjadi kondisi abnormal, sehingga keadaan equilibrium terganggu (Merton, 1957). Tetapi berfungsi atau disfungsinya suatu elemen sosial pada akhirnya akan menghasilkan equilibrium baru, dalam proses self-regulation (Mennel, 1980).
6.      Masing-masing elemen sosial mempunyai fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak dirancang, tidak diharapkan, atau tidak disadari (Merton, 1957).
Kaitan Teori
Kaitan antara teori Fungsionalime-Strukturalisme dengan objek wisata pantai Parangtritis, terlihat dengan adanya struktur-struktur masyarakat yang beragam.
Dimulai dengan profesi sebagai tukang parkir, pedagang, nelayan, penyewaan barang dan jasa, hingga para pemilik losmen-losmen dan hotel. Mereka terbagi dalam kelasnya masing-masing dan mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Mereka berperan aktif untuk memajukan objek wisata parang tritis, mereka memiliki hubungan keterkaitan yang erat.
Teori konflik 
 konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar.Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
 beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Kaitan teori konflik dengan objek wisata parang tritis adalah bahwa disanapun terjadi konflik, baik antar kelompok, maupun individu. Contohnya persaingan yang tidak sehat antar pedagang dapat menimbulkan pertentangan bahkan perkelahian.

            Dilihat dari kehidupan sosial masyarakat sekitar Parangtritis, di dalamnya terdapat adanya fenomena sosial dalam masyarakat seperti interaksi sosial, perubahan sosial, penyimpangan sosial, maupun konflik sosial. Interaksi sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, interaksi sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Interaksi dalam masayarakat Parangtritis antara warga pribumi satu dengan yang lain masih tergolong interaksi yang baik meskipun tergolong kurang erat. Namun interaksi kelompok warga pribumi dengan pendatang tergolong kurang erat.
            Menurut Gillin dan Gillin perubahan-perubahan sosisal sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah dieterima, baik karna perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karna adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. (Soekanto : 2006 :263) Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Parangtritis terjadi karena penemuan baru yaitu dibukanya obyek wisata Pantai Parangtritis. Perubahan sosial ini ditandai dengan adanya dampak positif maupun negatif, dampak negatif sendiri terlihat jelas dengan adanya penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Terlihat dari penyalahgunaan penginapan atau hotel di sekitar Pantai Parangtritis sebagai tempat prostitusi.
Konflik sosial adalah suatu interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu. Konflik yang terjadi pada masyarakat Parangtritis adalah sengketa tanah antara warga Parangtritis dengan pihak Kraton Yogyakarta.
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam melakukan observasi di Obyek Wisata Pantai Parangtritis sebagai berikut :
·         Metode Observasi
            Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
·         Metode Wawancara ( Interview )
            Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. Teknik wawancara yang digunakan peneliti dengan tekhnik wawancara semi terbuka, dengan menggunakan pedoman berupa format laporan dan tambahan dari peneliti sendiri.
·         Metode Dokumentasi
            Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, arsip, foto dan lain sebagainya. Tekhnik dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumentasi primer.


ü  Lokasi Observasi
            Observasi yang peneliti lakukan ini berfokus di Obyek Wisata Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta.
ü  Waktu melakukan observasi
a.      Wawancara
Hari          : Sabtu
Tanggal    : 28 September 2013

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Diskripsi Pantai Parangtritis
            Pantai Parangtritis terletak kira-kira 27 Km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang cukup terkenal di Yogyakarta dibandingkan objek wisata pantai lainnya seperti Samas, Depok, Baron, Kukup, Krakal, Glagah dan lain-lain. Parangtritis menempati urutan pertama, karena pantai Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk.
            Pantai Parangtritis identik dengan mitos Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul) yang sangat fenomenal dan terkenalsehingga menjadi daya tarik terhadap wisatawan. Masyarakat sekitar parangtritis mempunyai kepercayaan apabila memakai pakaian berwarna hijau di pantai parangtritis bisa membawa petaka. Karena warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul, sehingga dikhawatirkan yang memakai kaos atau baju hijau akan diseret ombak ke laut. Menurut kepercayaanmasyarakat setempat, Pantai parangtritis mempunyai sebuah karakteristik yaitu apabila ditarik sebuah garis dari Gunung Merapi bisa lurus antara Gunung Merapi, Tugu Jogja, Kraton kemudian Pantai Parangtritis. Mitos yang terdapat di Pantai Parangtritis yaitu asumsi bahwa Nyi Roro Kidul adalah istri dari Sri Sultan atau raja Jogja yang memiliki kekuatan magis yang tidak dimiliki manusia.
            Nama Parangtritis mempunyai sejarah tersendiri. Masyarakat percaya bahwa pada zaman dahulu kala ada seseorang pangeran bernama Dipokusumo yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit, kemudian datang ke sebuah pantai untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, beliaupun menamai daerah itu menjadi parangtritis, yang berasal dari kata parang yang artinya batu dan tumaritis yang bisa diartikan sebagai tetesan air.
            Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari akses jalan yang baik, fasilitas penginapan, dan pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis, ditambah dengan banyaknya penyedia jasa hiburan lain seperti andong, ATV, dan jajanan yang ditawarkan secara berkeliling pantai.
Sejarah   
Sejarah nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta.
Keistimewaan   
Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari tenggelam (sunset) yang sangat romantis.
Komplek yang termasuk kawasan wisata Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Dataran Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam permandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda, dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, Anda dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika Anda menginginkan medan yang lebih menantang, Anda bisa juga mengungjungi Bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, Anda juga akan disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas diantara bebatuan kapur, Anda akan mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.
Lokasi dan Fasilitas
Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan dengan areal persawahan yang luas menghijau, sungai yang mengalir indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai, terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan fresh from the kitchen ditemani sebutir kelapa muda sambil menyaksikan pemandangan laut sungguh merupakan pengalaman tak terlupakan. Dan jangan khawatir soal harga, karena harga seafood segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan , dan sebagainya. Tersedia juga di sini rujak (buah-buahan segar dengan bumbu manis pedas) dengan harga yang sangat terjangkau.
Kawasan wisata Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan parkir yang luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di bibir pantai Anda bisa menyewa dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun paralayang yang sangat menantang adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir membuat Anda seolah-olah sedang berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak heran tempat ini sering digunakan untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda tidak berenang terlalu ke dalam, karena ombak Pantai Parangtritis cukup berbahaya.    
B.     Fenomena Sosial pada Masyarakat Sekitar Pantai Parangtritis
            Pantai parangtritis merupakan salah satu tujuan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara garis besar untuk pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Parangtritis perlu penataan dan pengaturan tempat-tempat pemukimam penduduk, penginapan-penginapan, warung atau rumah makan dan lain sebagainya. Dengan dibukanya obyek wisata Parangtritis tersebut menyebabkan adanya fenomena sosial, fenomena sosial yang terjadi di pantai parangtritis diantaranya ada penyimpangan sosial,konflik sosial,  interaksi, perubahan sosial.
            Pantai Parangtritis yang hingga saat ini dibenahi oleh pemerintah daerah agar pantas dan menarik, selalu mendapat kunjungan dari wisatawan. Terutama pada hari-hari liburan ,pantai parangtritis ramai pengujung, apalagi dengan selesai dibangunya Jembatan Kretek yang melintasi kali Opak dengan adanya jembatan kali opak ini akan mempermudah kunjungan wisata ke objek wisata Pantai Parangtritis.
            Ramainya kawasan wisata Pantai Parangtritis itu didukung oleh pengembangan penginapan dan rumah-rumah makan, penyediaan fasilitas seperti kuda tunggangan, kolam renang dan transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta ke pantai parangtritis. Dampak perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata memiliki dampak negatif maupun positif khususnya untuk masyarakat sekitar obyek wisata.
            Dampak positif dibukanya objek wisata Pantai Parangtritis banyak dimanfaatkan oleh beberapa golongan masyarakat sebagai lahan bisnis, karena terdapat banyak orang yang mencari nafkah dengan berjualan di sekitar pantai Parangtritis. Mulai dari menjual makanan, minuman, baju, kaos, pernak-pernik, hingga mengamen, dan mengemis. Selain itu, di pantai Parangtritis juga banyak orang yang menyediakan fasiltas seperti mushola, kamar mandi, penginapan, serta lahan parkir baik motor maupun mobil. Pantai parangtritis merupakan pantai yang landai dengan bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Sehingga hal ini sangat menarik wisatawan baik asing maupun lokal. Di kawasan pantai ini, wisatawan dapat berkeliling pantai untuk menikmati pemandangan dengan menggunakan bendi dan kuda yang disewakan oleh penduduk. Wisatawan yang berkunjung ke pantai parangtritis kebanyakan tertarik karena keindahan alamnya serta untuk menghilangkan penat atau sebagai tempat hiburan.
            Sedangkan dampak negatif dari perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata itu tampak pada erosi nilai-nilai budaya. Apalagi dengan munculnya hotel-hotel yang memiliki fasilitas yang cukup bagus yang kebanyakan didirikan oleh para pendatang, Interaksi yang terjadi antara warga pribumi dan para pendatang terjalin kurang erat. Hal ini karena terkadang para pendatang mendirikan tempat penginapan tanpa seijin warga dan mereka tidak memiliki identitas yang jelas sehingga interaksi yang terjalin di antara mereka kurang baik bahkan terkadang warga sekitar sama sekali tidak mengenal para pendatang tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan sikap tidak peduli antar warga pribumi dan para pendatang. Faktor tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya dampak negatif yaitu penyimpangan sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis, hal ini muncul karena kebebasan para pengujung hotel yang memanfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.
Kebebasan untuk berperilaku itu dalam hal-hal tertentu nampak adanya sikap tak peduli terhadap kepentingan masyarakat yang lain. Seperti adanya hotel-hotel dengan segala fasilitasnya dan munculnya para pramunikmat yang siap melayani para tamu yang menginap. Sikap yang tak peduli itu tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat kawasan wisata pantai parangtritis. Sehingga seakan-akan dari sikap tak peduli menumbuhkan sikap individu-individu yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi. Untuk mengatasi penyimpangan sosial tersebut diperlukanlah suatu pengendalian sosial untuk mengurangai atau menghilangkan dampak dari penyimpangan sosial tersebut. Dampak perkembangan pariwisata dikawasan wisata parangtritis terhadap perilaku masyarakat  hanya terbatas pada masyarakat yang tinggal di pantai.
            Penduduk sekitar yang masih apatis dengan obyek wisata Pantai Parangtritis, ini mengakibatkan hanya sebagian masyarakat saja yang merasakan dampak yang timbul dari obyek wisata tersebut, dalam bidang ekonomi khususnya. Kurangnya partisipasi masyarakat itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1.      Kurangnya SDM di masyarakat sekitar pantai.
2.      Tingkat pedidikan yang rendah.
3.      Kurangnya pemuda atau Karangtaruna yang dilibatkan untuk mengurus obyek wisata.
4.      Kurangnya sosialisasi di masyarakat akan pentingnya obyek wisata untuk perekonomian.
5.       Masyarakat yang masih tradisional dan masih menyepelekan obyek wisata.
            Faktor-faktor itu menyebabkan obyek wisata Parangtritis belum bisa dimaksimalkan, akan tetapi sekarang sudah mulai banyak masyarakat yang berjualan dan mendirikan penginapan di sekitar pantai. Menurut narasumber, yang memajukan perdagangan adalah para pendatang karena mereka memiliki bekal dan SDM yang tinggi. Hal ini membuat mereka bisa memaksimalkan peluang untuk melalukan mibilitas sosial di daerah obyek wisata. Rata-rata yang menjadi pedagang-pedagang besar dan pemilik penginapan besar adalah para pendatang.
            Dengan adanya para pendatang yang mulai sukses di bidang ekonomi ini mengakibatkan masyarakat sekitar mulai sadar untuk mengadakan upaya peningkatan ekonomi. Seperti dengan berdagang di sekitar obyek wisata Pantai Parangtritis.  Dengan banyaknya pedagang dari masyarakat pribumi maupun pendatang, hal ini memberikan pengaruh positif maupun negatif di antara mereka.
            Perubahan sosial yang terjaadi di masyarakat Pantai Parangtritis cukup signifikan, ini bisa dilihat dari segi mata pencaharian mereka. Dahulu kebanyakan masyarakat di sekitar pantai parangtritis bermatapencaharian sebagai petani, tetapi denag dibukanya pantai parangtritis sebagai obyek wisata membuat para masyarakat sekitar membuka warung-warung makan, tempat parkir maupun hotel.
            Ditinjau dari adanya konflik, memang pernah terjadi konflik antara pedagang dengan pihak Kraton Yogyakarta. Tanah di sekitar Pantai Parangtritis adalah tanah yang dimilki pihak Kraton. Di situlah para pedagang mendirikan toko di tanah Kraton tanpa ijin, sehingga menimbulkan konflik. Pada saat itu toko pedagang yang tidak berijin itu digusur oleh pihak Kraton dan kemudian diberi ganti rugi atasnya. Tetapi ganti rugi tersebut dianggap tidak sesuai dengan keinginan para pedagang. Tidak hanya sampai di situ, setiap waktu-waktu tertentu pihak Kraton meminta pajak kepada para pedagang. Tetapi penarikan pajak tersebut akan diberitahukan terlebih dahulu agar para pedagang bisa melakukan persiapan uang pajak terlebih dahulu. Rata-rata para pedagang yang sudah memiliki surat tanah masih saja dipertanyakan legalitas hukumnya maupun keabsahannya oleh pihak Kraton. Menurut narasumber, kepengurusan surat pemilikan atas tanah di daerah Parangtritis sangat rumit.

                                                      
BAB V
PENUTUP

SIMPULAN
Dengan dibukanya obyek wisata Parangtritis tersebut menyebabkan adanya fenomena sosial, fenomena sosial yang terjadi di pantai parangtritis diantaranya ada penyimpangan sosial,konflik sosial,  interaksi, perubahan sosial.
Ramainya kawasan wisata Pantai Parangtritis itu didukung oleh pengembangan penginapan dan rumah-rumah makan, penyediaan fasilitas seperti kuda tunggangan, kolam renang dan transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta ke pantai parangtritis.
Dampak positif dibukanya objek wisata Pantai Parangtritis banyak dimanfaatkan oleh beberapa golongan masyarakat sebagai lahan bisnis, karena terdapat banyak orang yang mencari nafkah dengan berjualan di sekitar pantai Parangtritis. Mulai dari menjual makanan, minuman, baju, kaos, pernak-pernik, hingga mengamen, dan mengemis. Selain itu, di pantai Parangtritis juga banyak orang yang menyediakan fasiltas seperti mushola, kamar mandi, penginapan, serta lahan parkir baik motor maupun mobil.
Dampak negatif yaitu penyimpangan sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis, hal ini muncul karena kebebasan para pengujung hotel yang memanfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.


SARAN
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Pitana, I gede dan putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suseno, F.M. 2005. Pemikiran Karl Marx. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.                          
2010.  PANTAI PARANGTRITIS YOGYAKARTA DAN SEBUAH MITOS CERITA LEGENDA    BABAD TANAH JAWI. http://ejawantahtour.blogspot.com/2012/10/pantai-     parangtritis-yogyakarta-dan.html. Diakses pada 5 Oktober 2013.
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/parangtritis/  diakses pada 7 oktober 2013.

0 Response to "sosiologi pariwisata (observasi tentang objek wisata parangtritis)"

Post a Comment

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel